Kecepatanperedaran uang (velocity) dapat diketahui dari rumus M x V = P x T yang merupakan teori Irving Fisher tentang nilai uang. Lebih lanjut, materi nilai uang akan dibahas pada topik indeks harga dan inflasi. Jawaban dari maslaha Berikut Bukan Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional Yaitu diatas, mudah-mudahan mampu menambah wawasan kamu
Pariwisata Bahari merupakan seluruh kegiatan yang bersifat rekreasi yang aktifitasnya dilakukan pada media kelautan atau bahari dan meliputi daerah pantai, pulau-pulau sekitarnya, serta kawasan lautan dalam pengertian pada permukaannya, dalamnya, ataupun pada dasarnya termasuk didalamnya taman laut. Permasalahan yang dihadapi pariwisata bahari pada pengembangan wisata di pulau-pulau kecil adalah sebagai berikut. Sarana dan prasarana. Sumber daya manusia yang memadai. Komunikasi dan publisitas. Kebijakan dan peraturan antara lingkup nasional dan lingkup daerah. Investasi. Kesiapan masyarakat lokal. Jadi, jawaban yang benar adalah D.
Berbagaiobjek pariwisata dewasa ini yang mengalami perkembangan dan mempunyai nilai tinggi dalam kehidupan masyarakat dan daerah kota Sibolga.Potensi Wisata dalam Perkembangan Pariwisata sebuah daerah dapat dilihat dari peninggalan sejarah daerah tersebut.Beberapa Pontensi Wisata yang dapat kita lihat seperti pada daerah peninggalan Sejarah, Kesenian Rakyat, dan Tata cara kehidupan sosial
Tujuan dari penelitian adalah mengukur kinerja perikanan dan pariwisata bahari dalam struktur perekonomian Belitung, apakah sektor tersebut memiliki keuggulan komparatif, termasuk pada sektor unggulan/prospektif/berkembang/potensial/terbelakang. Penelitian dilakukan pada tahun 2016 di Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergeseran struktur perekonomian. Hasil pengolahan data mengindikasikan, pertama dari sektor perikanan dan pariwisata termasuk pada sektor yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan daya saing karena memiliki nilai komponen pangsa wilayah negatif - 2,58%, dan –1,16%. Kedua, sektor wisata bahari termasuk pada kategori sektor yang mengalami pertumbuhan progresif 3,25% yang diindikasikan dengan dengan nilai pergeseran bersih yang positif. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor yang dulunya tumpuan perekonomian Belitung perikanan dan pertambangan yang diindikasikan dengan nilai pergeseran bersih negatif -11,16%. Ketiga, jika dilihat dari rasio indikator pertambahan pertumbuhan masing-masing sektor adalah wisata 113%, dan perikanan 112%, mengindikasikan kedua sektor ini termasuk yang produktif dan potensial dan tidak terjadi ketimpangan sektor. Keempat, jika dilihat dari profil sektor dalam kuadran, sektor wisata bahari terletak pada kuadran 3 yang berarti termasuk sektor agak mundur. Sedangkan sektor perikanan termasuk pada kuadran 4 yang mengindikasikan sektor ini masuk sektor yang mundur. Di Belitung terjadi pergeseran perekonomian, yang awalnya mengandalkan sektor primer perikanan dan pertambangan, beralih ke sektor tersier industri dan wisata bahari. Diharapkan pemerintah, mendukung mata pencarian alternatif selain sektor pertambangan dan perikanan, seperti sektor wisata bahari. Salah kendala pengembangan mata pencarian alternatif ini adalah perbedaan orientasi usahanya, dimana awalnya masyarakat menggeluti usaha ekstrasi fisik dan beralih menggeluti usaha jasa wisata pelayanan. Performance of Fisheries and Tourism Sub Sectors in BelitungThe objective of this research was to analyze performance of fisheries and marine tourism sector in Belitung Regency. The analysis was to measure whether the sector has comparative advantage, prospective, developed, potential or underdeveloped condition. The research was conducted in 2016 at Belitung Regency. Data were analyzed by economic structure shift analysis. The results indicated a number of findings. First, fisheries and tourism sector did not have comparative advantage and competitiveness due to its negative regional share component - and Second, marine tourism sector had progressive growth indicated from positive net shift component. Instead, despite the fact that fisheries and mining were the base sector of Belitung Regency, they experienced deceleration of growth indicated by a negative net shift component -11,16%. Third, a growth rate ratio analysis indicated that fisheries and marine tourism are productive and potential sectors because they had a positive growth rate ratio of 112% and 113%. Fourth, the marine tourism sector was in quadrant 3, it means that marine tourism was a fairly declining sector. Fisheries sub sector was in quadrant 4, it means that it was a declining sector. There was an economic shift in Belitung from primary sector fisheries and mining to tertiary sector industry and marine tourism. The government was expected to create alternative livelihoods other than mining and fisheries such as marine tourism. However, problem occurred in the difference of business orientation from physical business to industrial and tourism services. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this Mira Cornelia WitomoPenelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja perikanan dan bahari pada wilayah sub sektor tersebut termasuk unggulan/terbelakang/potensial/berkembang, apakah prospektifdan memiliki keunggulan komparatif. Penelitian berlangsung pada tahun 2014 di Kabupaten Brebesdan Kabupaten Sumbawa. Penelitian menggunakan metode analisis ”shift share”. Hasil analisismengindikasikan, pertama pada analisis profil pertumbuhan, sub sektor perikanan di Kabupaten Brebestermasuk sektor yang terbelakang/mundur kuadran 4; sedangkan di Sumbawa termasuk padakategori sektor yang potensial. Guna menggenjot sub sektor perikanan ke sektor unggulan, BappedaKabupaten Sumbawa sudah membuat klaster perikanan budidaya, garam, dan tangkap yang sejalandengan program Minapolitan. Pemerintah Kabupaten Sumbawa harus meningkatkan nilai tambahpada sub sektor perikanan supaya masuk pada kategori produktif atau potensial dengan penguasaaanteknologi yang tepat guna. Sektor pariwisata bahari pada Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Brebestermasuk pada kategori sektor unggulan. Kedua, pada analisis pertumbuhan pangsa wilayah, subsektor perikanan dan wisata bahari termasuk pada sektor yang memiliki keunggulan komparatifkarena hanya sedikit komponen input yang diimpor, karena keuggulan komparatif pada suatu wilayahadalah bagaimana wilayah tersebut menghasilkan komoditas/jasa yang bahan bakunya berdasarkansumberdaya yang dimiliki bukan impor dari negara lain. Akan tetapi, sub sektor perikanan di KabupatenBrebes tidak memiliki daya saing karena adanya abrasi di pantai utara Brebes yang menyebabkanhilangnya tambak di beberapa wilayah dan menurunnya hasil tangkapan, hanya sektor wisata bahariyang memiliki keunggulan Fisheries and Tourism Sub Sectors Performance in Economic Structure of Coastal AreaThe objective of this research is to analyze performance of fisheries and marine tourism atcoastal area. Performance were assessed to understanding whether sub-sector featured/backward/potential/ developing, whether these sub sector had a prospective and comparative advantagecategory. This research was conducted on 2014 in Brebes and Sumbawa District. This researchwas using shift share analysis. The result showed that Brebes fisheries sector was in quadrant 4or backward condition, whereas in Sumbawa included in the category of potential sectors. In orderto boost the fisheries sub-sector to the superior sector, Regional Planning Agency of SumbawaDistrict already made cluster aquaculture, salt, and capture fisheries line with minapolitan District Government should increase the value added in the fisheries sub-sector in orderto enter the category of productive or potential authorization appropriate technologies. Marine tourismsector in Sumbawa and Brebes included in the category of leading sectors. Second, the analysis ofthe share region growth, sub sector of fisheries and marine tourism, including in sectors that have acomparative advantage because only a few imported inputs components, because comparativeexcellence to an area is how the region produces commodities / services with raw materials based onthe resources they have not import from other countries. However, the fisheries sub-sector in Brebes isnot competitive because of their abrasion on Brebes north coast which causes a loss of ponds in someareas and declining catches, only the marine tourism sector has a comparative Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi TenggaraZ AbidinAbidin, Z. 2015. Aplikasi Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi Tenggara. Jurnal Informatika Pertanian 24 2 Wisata Bahari Di Pesisir Pantai Teluk LampungD AbdillahAbdillah, D. 2016. Pengembangan Wisata Bahari Di Pesisir Pantai Teluk Lampung. Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia 1 1 F BudiantoE SusiloIndrayaniBudianto, Susilo, E. & Indrayani. 2013. Implementasi Pengembangan Pariwisata DiPulau-Pulau Kecil Terhadap Masyarakat Pesisir Desa Lihunu, Kecamatan Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Eksofim 1 1 Tahun DKP Kabupaten BelitungDinas Kelautan Dan PerikananDinas Kelautan dan Perikanan. 2016. Laporan Tahun DKP Kabupaten Belitung. Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Propinsi Jawa Tengah TahunA HasaniHasani, A. 2010. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 dan Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Potensi Wisata Bahari Dalam Meningkatkan Ekonomi Maritim Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim DuniaV J HustinHustin, 2017. Pengembangan Potensi Wisata Bahari Dalam Meningkatkan Ekonomi Maritim Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia. tanggal 1 Maret Perikanan Dalam Kerangk Pengembangan Ekonomi Wilayah di ProvinsiJawa Timur. Sekolah Pasca Sarjana Institut PertanianH M HudaHuda. 2015. Pembangunan Perikanan Dalam Kerangk Pengembangan Ekonomi Wilayah di ProvinsiJawa Timur. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Jawa Barat. Tesis.Kajian Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Halmahera Utara Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Perikanan CakalangM R IsmailIsmail. M. R. 2007. Kajian Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Halmahera Utara Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalang. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Jawa Barat. Tesis.Keunggulan Sub Sektor Perikanan Dan Pariwisata Bahari Dalam Struktur Perekonomian Wilayah Pulau-Pulau KecilMira. 2013. Keunggulan Sub Sektor Perikanan Dan Pariwisata Bahari Dalam Struktur Perekonomian Wilayah Pulau-Pulau Kecil. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan 8 2 Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Suarakarta. Skripsi. Fakultas EkonomiA I PertiwiPertiwi, 2015. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Suarakarta. Skripsi. Fakultas Pengembangan Wisata Bahari Pantai MalalayangF RazakB O L SuzanaG H KapantaouwRazak, F., Suzana, & Kapantaouw, 2017. Strategi Pengembangan Wisata Bahari Pantai Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara. Agri-Sosio Ekonomi 13 1 Arah Transformasi Struktural Pada Sektor PrimerY P M SitumorangSitumorang, 2008. Analisis Arah Transformasi Struktural Pada Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Pendekatan Estimasi Elastisitas Tenaga Kerja dan Analisis Shift Share, Kasus 5 Kota Besar di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Skripsi. 180 Ekonomi di Dunia KetigaM TodaroS SmithTodaro, M. & Smith, S. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Erlangga. Berikutini yang bukan merupakan faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi adalah. Berdasarkan ahli ekonomi Paul Romer 1993 ide adalah barang ekonomi yang sangat penting lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-model ekonomi Di dunia dengan keterbatasan fisik ini adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan Yang BUKAN manfaat pembangunan yang dilakukan pemerintah di bidang pariwisata adalah ... devisa pendapat potensi wisata ketergantungan pada negara asingyg jawab bener makasih..itu btw yg bukan ya....​ JawabanJawabannya yg DPenjelasanManfaat pembangunan yang di lakukan pemerintah di bidang pariwisata adalah contoh meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar,mengembangkan devisa negara, dan lain lain Jawaban ketergantungan pada negara asingNPMaaf Kalo Salah
У хрιሽ сидևδኤπխտօቺубըη псխвэщу цо
Иժοቼ трυн гышሯ нቡбузв
ዙциዳուπ ючቂለ всюֆойሌθзዶሢ ψимиշу д
አθφቸз зиско глюዓаኛеглዖАкуτե оቃуշивθс ቧ

2 Untuk mengetahui tinjauan ekonomi Islam dalam pengembangan pariwisata bahari untuk meningkatkan perekonomian masyarakat F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Manfaat teoritis a.

Dosen Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi, menjadi pembicara pada Webinar “Optimalisasi Kawasan Pesisir dan Kelautan untuk Pariwisata Bahari”, Selasa 10/8.* [ Indonesia memiliki banyak potensi bahari yang bisa dikembangkan menjadi pariwisata. Di sisi lain, payung hukum untuk mengelola pariwisata bahari di Indonesia sudah ada, sehingga setiap pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengelola pariwisata bahari secara optimal dan berkelanjutan. “Berkelanjutan ini menjadi poin penting, karena jangan sampai pengelolaan itu hanya berlangsung hanya 5-30 tahun saja,” ujar pakar ekologi perairan yang juga Dosen Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi, saat menjadi pembicara pada Webinar “Optimalisasi Kawasan Pesisir dan Kelautan untuk Pariwisata Bahari”, Selasa 10/8. Webinar ini digelar oleh kelompok KKN Virtual Unpad tahun 2021 dengan dosen pembimbing Yudi Nurul Ihsan, Dewi menjelaskan, data Kementerian Kelautan dan Perikanan RI mengungkapkan, Indonesia memiliki 99 ribu kilometer garis pantai, 3,257 juta kilometer persegi luas laut, dan 20,87 juta ha luas kawasan konservasi perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang berpotensi dikelola menjadi pariwisata bahari. Belum lagi sejumlah potensi bahari lain, seperti keanekaragaman terumbu karang, kawasan mangrove, hingga keanekaragaman biota laut yang bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata. Pemerintah sendiri sudah menetapkan 10 destinasi wisata prioritas Indonesia. Dari 10 destinasi tersebut, delapan di antaranya merupakan destinasi pariwisata bahari. Hal ini menunjukkan bahwa sektor bahari Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan wisata. Lebih lanjut Dewi menjelaskan, pengembangan pariwisata bahari memiliki banyak jenis, antara lain pariwisata berbasis keindahan alam, berbasis budaya/tradisi bahari, berbasis aktivitas seperti selancar dan memancing, hingga berbasis festival-festival bahari. Meski sektor pariwisata saat ini melesu akibat pandemi Covid-19, Dewi mengatakan bahwa ada upaya yang bisa dilakukan agar pariwisata bahari mampu bangkit. Salah satunya dengan memanfaatkan kreativitas para generasi milenial. “Generasi milenial bisa dibongkar untuk memanfaatkan pariwisata menjadi lebih kekinian,” kata Dewi. Sementara itu, Yudi mengatakan, sektor bahari menjadi potensi cukup pesat yang dimiliki Indonesia. Potensi ini bisa dimanfaatkan guna mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 mendatang. “Diperkirakan pada 2045 akan terjadi persaingan sumber daya alam. Kita memiliki anugerah sumber daya alam melimpah yang berpotensi membuat Indonesia menjadi negara terdepan,” kata Yudi. Webinar yang diikuti 308 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia ini juga menghadirkan pembicara Putri Selam Indonesia 2017 Madhina Suryadi.*
PotensiWisata Bahari Di Cilacap sebagai salah satu sarana promosi dan keterkaitannya Berikut ini adalah tujuan yang ada di dalam 7C Framework (Royport & Jaworski, 2003:154-182), antara lain: 1. dalam sektor pariwisata. Pariwisata yang merupakan sumber devisa bagi Indonesia selain Pembangunan kawasan pesisir dan laut, melalui pengembangan wisata bahari, pengelolaannya harus berprinsip pada keberlanjutan ekosistem dan lingkungannyaJakarta ANTARA - Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP mengembangkan sektor pariwisata bahari dengan mendorong konsep desa wisata yang menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan terkait berbagai lokasi kawasan pesisir nasional. "Pembangunan kawasan pesisir dan laut, melalui pengembangan wisata bahari, pengelolaannya harus berprinsip pada keberlanjutan ekosistem dan lingkungannya," kata Plt Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu dalam rilis di Jakarta, Senin. Selain itu, ujar dia, pengembangan wisata bahari juga harus memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat, dan tetap melestarikan budaya, kearifan lokal yang dimiliki masing-masing daerah. KKP, kata Haeru Rahayu, juga telah menyalurkan bantuan kepada para pengelola wisata bahari seperti di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, dalam rangka membangkitkan kembali wisata bahari di daerah tersebut. "Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembangunan kawasan pesisir dan laut, untuk memanfaatkan dan mengelola kawasan pesisir dan laut secara berkelanjutan. Pemanfaatan dan pengelolaan bukan saja dari sumberdaya dan ekosistemnya, tetapi dari jasa kelautan dan perikanan yang selama ini belum dikelola secara optimal," katanya. Ia berpendapat bahwa sangatlah tepat dilakukan bila berbasis masyarakat dan mengembangkan potensi lokal, apalagi wisata bahari bisa menjadi kebanggaan sekaligus keunggulan bangsa ini, dengan potensi wisata bahari yang dimiliki dan devisa yang cukup besar bagi negara. "Kekayaan pesisir dan laut, serta keindahan yang dimiliki bangsa ini, bukan saja boleh dinikmati oleh masyarakat dunia, tetapi juga harus dapat memberikan nilai tambah ekonomi, mensejahterakan masyarakat sekitarnya," katanya. Pada Gelar Wisata Bahari Tahun 2019, KKP telah meluncurkan Program Pengembangan Desa Wisata Bahari yang dikenal dengan “Dewi Bahari”. Para pemangku kepentingan yang hadir saat itu, termasuk Gubernur BI, Perry Warjiyo sepakat untuk bersama-sama sinergi dalam membangun wisata bahari berkelanjutan untuk mewujudkan hasil yang lebih nyata dan mensejahteraan masyarakat pesisir. Direktur Jasa Kelautan, Miftahul Huda menjelaskan, program Dewi Bahari merupakan program terobosan dalam pembangunan wisata bahari berbasis masyarakat, untuk memberikan tempat bagi masyarakat untuk berperan dengan merencanakan, mengelola sendiri kawasan wisata bahari secara berkelanjutan sekaligus penataan lingkungan. Hal tersebut, menurut Miftahul Huda, dilakukan agar memupuk rasa memiliki dan tanggungjawab masyarakat terhadap kawasan pesisirnya. "Melalui Program Dewi Bahari yang berkelanjutan selama 5 tahun dengan sinergitas antar pemangku kepentingan akan mempercepat pembangunan desa mewujudkan kemandiriannya,” jelas Huda. Terkait sektor pariwisata, sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengajak dialog seluruh kepala dinas pariwisata kabupaten dan kotamadya seluruh Indonesia untuk membahas percepatan pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Baca juga Program Desa Wisata Bahari harus lebih banyak libatkan warga setempat Baca juga Jadi wisata bahari, KKP ingin pemda buat taman terumbu karang Baca juga KKP bersinergi dengan Kadin bangkitkan ekonomi wisata bahari Baca juga KKP gelar pelatihan pengelolaan wisata bahariPewarta M Razi RahmanEditor Ahmad Buchori COPYRIGHT © ANTARA 2020 Pariwisatabahari bukan semata kegiatan memperoleh hiburan dari berbagai suguhan alami lingkungan lautan dan pesisir serta daya tarik budaya, tetapi kegiatan di mana wisatawan diharapkan dapat berpartisipasi langsung mengembangkan konservasi lingkungan dan pemahaman mendalam tentang ekosistem lautan dan pesisir.
Wisata bahari merupakan salah satu potensi Indonesia yang layak untuk dikembangkan sebab sebagai negara kepulauan archipelagic state, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah seperti ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang, dan biota perairan. Bertolak belakang dengan potensi alam bahari di Indonesia, untuk saat ini referensi terkait wisata bahari masih minim ditemukan. Kondisi ini mendorong penulis untuk menyusun buku dengan judul “Pengantar Wisata Bahari”. Substansi buku ini diambil dari buku, artikel, dan sumber-sumber lain sebagai referensi, juga diperkaya dengan pengalaman penulis dalam melaksanakan penelitian pariwisata khususnya wisata bahari. Buku ini berisi materi dengan kemutakhiran informasi penelitian dan pengabdian masyarakat, serta memberikan gambaran kondisi pengembangan wisata bahari di Indonesia secara nyata dituangkan sebagai pembanding dengan teori dan konsep yang telah ada. Buku ini diperuntukkan bagi mahasiswa jurusan pariwisata setingkat sarjana atau strata yang lebih tinggi. Selain itu, buku ini juga dapat menjadi referensi bagi para akademisi/praktisi, dosen, peneliti, dan siapa pun yang berminat terhadap kajian wisata bahari dengan harapan dapat menjadi tambahan referensi bagi buku dengan tema sejenis. Figures - uploaded by Jussac Maulana MasjhoerAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Jussac Maulana MasjhoerContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jussac M. Masjhoer PENGANTAR WISATA BAHARI 2 Pengantar Wisata Bahari Penulis Jussac M. Masjhoer Editor Eko Sugiarto Desainer Sampul Masjhoer Penata Isi Tinardika S 15 x 23 cm; 112 hlm. Penerbit Khitah Publishing Jalan Godean KM 15, Yogyakarta 55563 Telepon/WhatsApp 0851-0500-3696 E-mail khitahpublishing ISBN 978-602-70180-2-0 Cetakan Pertama 2019 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit. 3 PENGANTAR PENULIS Indonesia sebagai negara kepulauan archipelagic state memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah seperti ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang, dan biota perairan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata bahari yang unggul dan berdaya saing tinggi. Bertolak belakang dengan potensi alam bahari di Indonesia, untuk saat ini referensi terkait wisata bahari masih minim ditemukan. Kondisi ini mendorong penulis untuk menyusun buku dengan judul “Pengantar Wisata Bahari”. Substansi buku ini diambil dari buku, artikel, dan sumber-sumber lain sebagai referensi, juga diperkaya dengan pengalaman penulis dalam melaksanakan penelitian pariwisata khususnya wisata bahari. Buku ini berisi materi dengan kemutakhiran informasi penelitian dan pengabdian masyarakat, serta memberikan gambaran kondisi pengembangan wisata bahari di Indonesia secara nyata dituangkan sebagai pembanding dengan teori dan konsep yang telah ada. Buku ini diperuntukkan bagi mahasiswa jurusan pariwisata setingkat sarjana atau strata yang lebih tinggi. Selain itu, buku ini juga dapat menjadi referensi bagi para akademisi/praktisi, dosen, peneliti, dan siapa pun yang berminat terhadap kajian wisata bahari dengan harapan dapat menjadi tambahan referensi bagi buku dengan tema sejenis. Penulis sadar bahwa penyusunan buku ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang disampaikan oleh pembaca dapat membantu penulis untuk menyempurnakan buku ini. Akhir kata, penulis berharap buku ini dapat bermanfaat dalam mencerdaskan bangsa, terutama bagi insan- 4 insan pariwisata di Indonesia. Secara khusus, penulis berharap buku ini dapat menginspirasi generasi muda Indonesia untuk memperkuat semangat pembangunan di negara yang berbasis kepulauan dan mewujudkan negara Indonesia sebagai poros maritim dunia sesuai slogan Jalesveva Jayamahe. Penulis Jussac M. Masjhoer 5 DAFTAR ISI PENGANTAR PENULIS ................................................................................. 3 DAFTAR ISI........................................................................................................ 5 DAFTAR TABEL ............................................................................................... 7 DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... 8 BAB I POTRET WISATA BAHARI DI INDONESIA ...................................... 10 BAB II WISATA BAHARI SECARA KONSEPTUAL ........................................ 26 Perspektif Pariwisata ............................................................. 26 Perspektif Bahari ..................................................................... 28 Definisi Wisata Bahari ........................................................... 32 BAB III PERAN TEKNOLOGI DALAM WISATA BAHARI ............................ 35 Papan Selancar ......................................................................... 38 Scuba Diving .............................................................................. 41 Kapal Wisata .............................................................................. 48 BAB IV WISATA BAHARI BERBASIS ALAM .................................................... 55 Ekosistem Mangrove .............................................................. 57 Ekosistem Lamun .................................................................... 59 Ekosistem Terumbu Karang ................................................ 60 6 BAB V WISATA BAHARI BERBASIS BUDAYA ............................................... 68 Tradisi Bau Nyale, Lombok, NTB ....................................... 70 Berburu Paus, Lamalera, NTT ............................................. 72 Ritual Petik Laut di Muncar, Banyuwangi ...................... 74 Budaya Bahari, Kampung Komodo, NTT ........................ 77 BAB VI WISATA BAHARI BERBASIS AKTIVITAS ......................................... 80 Aircraft Wreck di Padaido Biak, Papua ........................... 83 Surfing di Kepulauan Mentawai ......................................... 84 Memancing di Laut Fak Fak, Papua Barat ...................... 85 Water Sport di Tanjung Benoa ........................................... 86 BAB VII WISATA BAHARI BERBASIS EVENT ................................................... 89 Kompetisi Olahraga Selancar .............................................. 91 Sail Indonesia ............................................................................ 94 Kompetisi Fotografi Bawah Laut ....................................... 96 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 100 BIODATA PENULIS ................................................................................. 112 7 DAFTAR TABEL Tabel Penerimaan Devisa Berdasarkan Jenis Komoditas ............. 13 Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Beberapa Destinasi Wisata Bahari Unggulan di Indonesia ...................................................... 15 Tabel Perbandingan Spesifikasi Kapal Pesiar .................................... 50 Tabel Gambaran Kesesuaian Kondisi Lingkungan Terkait Jenis Aktivitas ................................................................................................ 82 Tabel Kompetisi Surfing Internasional di Indonesia ....................... 93 8 DAFTAR GAMBAR Gambar Peta Sebaran Pulau di Indonesia ................................................... 11 Gambar Sepuluh Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata .......... 14 Gambar Konektivitas Melalui Pengembangan Tol Laut ........................ 21 Gambar Gambaran Wilayah Pesisir dan Laut ............................................ 30 Gambar Zonasi Lautan ........................................................................................ 31 Gambar Replika Kapal Tradisional Indonesia di Museum Bahari ... 36 Gambar Aktivitas Wisata Bahari pada Masa Lalu ................................... 37 Gambar Gambaran Bangsa Polinesia Melakukan Ritual Selancar ... 39 Gambar Tom Blake, Seorang Pionir Peselancar ....................................... 40 Gambar Jetsurf, Sebuah Papan Selancar Bermesin ................................ 41 Gambar Penyelaman Tanpa Alat oleh Suku Bajo .................................... 42 Gambar Teknologi Alat Selam pada Masa Lalu ........................................ 43 Gambar Peralatan Selam Saat Ini .................................................................. 47 Gambar Kapal RMS Titanic ................................................................................ 49 Gambar Fasilitas Kapal Pesiar Harmony of The Seas .......................... 51 Gambar Kapal Pinisi dengan Fasilitas di Dalamnya ............................. 52 Gambar Kapal dengan Dasar Kaca .............................................................. 53 Gambar Pembagian Ekosistem Laut.............................................................. 55 Gambar Ekosistem Laut Dangkal .................................................................... 57 Gambar Pohon Mangrove .................................................................................. 58 Gambar Ekosistem Padang Lamun ................................................................ 60 Gambar Kondisi Terumbu Karang yang Baik ............................................ 61 Gambar Pulau-pulau Kecil yang Dijadikan Resort .................................. 63 Gambar Wisatawan Berpartisipasi dalam Bau Nyale ............................ 70 9 Gambar Proses Perburuan Paus di Lamalera ............................................. 74 Gambar Ritual Petik Laut ................................................................................... 76 Gambar Pasir Putih di Pantai Drini ................................................................. 81 Gambar Catalina Aircraft Wreck di Biak, Papua ........................................ 83 Gambar Wisatawan Berselancar di Mentawai ........................................... 84 Gambar Angler Sedang Memancing di lautan ............................................. 85 Gambar Flying Board di Tanjung Benoa ....................................................... 86 Gambar Destinasi Wisata Bahari untuk Surfing di Indonesia .............. 92 Gambar Rute Reli Yacht dalam Wonderful Sail to Indonesia 2018 ... 95 Gambar Salah Satu Hasil Fotografi Bawah Laut ........................................ 98 10 BAB I POTRET WISATA BAHARI DI INDONESIA Indonesia merupakan negara kepulauan. Ribuan pulau besar dan kecil terbentang dari Sabang sampai Merauke dan terhubung oleh berbagai selat dan laut. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2017, Indonesia tercatat memiliki pulau yang bernama dan berkoordinat dan jumlah tersebut telah terdaftar di PBB melalui United Nations Group of Experts on Geographical Names UNGEGN. Secara geografis letak kepulauan Indonesia sangat strategis, yakni di daerah tropis yang diapit oleh dua benua Asia dan Australia, dua samudera Pasifik dan India, serta merupakan pertemuan tiga lempeng benua Eurasia, India-Australia, dan Pasifik. Interaksi bio-geofisik menjadikan kepulauan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar yang didukung oleh adanya sumber daya hayati dan nonhayati yang bernilai tinggi Durand, 2010. Potensi sumber daya kelautan yang besar, yakni 75% wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI, selama ini telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional. Sumbangan tersebut antara lain berupa penyediaan bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, perolehan devisa, dan pembangunan daerah. Oleh karena itu, kelautan sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kooperatif, dan keunggulan kompetitif untuk menjadi sektor unggulan dalam kiprah pembangunan nasional masa depan Kusumastanto, 2003. 11 Sumber Dirjen PRL, KKP, 2017 Gambar Peta Sebaran Pulau di Indonesia Kekayaan sumber daya alam laut Indonesia tergambar dari keragaman ekosistem terumbu karang, lamun, dan mangrove. Laut Indonesia memiliki luas terumbu karang sekitar 2,5 juta hektar yang di dalamnya terdapat 569 jenis karang jenis atau sekitar 67% dari 845 total spesies karang di dunia Giyanto dkk, 2017. Ekosistem lamun di Indonesia memiliki total luasan sebesar ha dengan 15 jenis lamun yang tersebar di 423 titik Hernawan dkk, 2017. Sedangkan untuk ekosistem mangrove, Indonesia memiliki 43 jenis mangrove dengan luas mangrove sebesar ha atau 22,6% total luas mangrove dunia Dharmawan, 2014; Gombos dkk, 2013. Kekayaan sumber daya alam bahari di Indonesia sangat potensial untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu bentuk pemanfaatan kekayaan alam bahari adalah melalui sektor pariwisata. Manfaat yang akan didapatkan oleh suatu negara dari sektor pariwisata sangatlah besar, maka tidak mengherankan bila sektor ini pada akhirnya ditetapkan 12 sebagai leading sector dan core economy oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo. Hal tersebut ditunjukkan dengan perhatian yang lebih besar kepada sektor pariwisata baik dalam kebijakan anggaran maupun dukungan sektoral lintas kementerian/lembaga untuk mendukung program-program pembangunan kepariwisataan. Data statistik menunjukkan bahwa sektor pariwisata pada tahun 2016 telah menjadi sumber pendapatan devisa terbesar dari sektor non-migas dan menduduki peringkat kedua setelah komoditas crude palm oil CPO. Sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak tahun 2015 dari US$12,2 miliar, 2016 menjadi US$13,6 miliar, dan 2017 naik lagi menjadi US$15 miliar. Tahun 2018 ditargetkan meraup devisa US$17 miliar dan US$20 miliar pada tahun 2020. Komitmen sektor pariwisata untuk menyumbang devisa nomor satu mengalahkan sektor perekonomian lain dengan proyeksi nilai sebesar 20 miliar dollar AS pada tahun 2019. Kementerian Pariwisata sebagai aktor utama pembangunan pariwisata, pada tahun 2018 menyampaikan beberapa capaian sektor pariwisata Indonesia yang tumbuh pesat dalam empat tahun terakhir ini. Menurut World Travel & Tourism Council WTTC Pariwisata Indonesia menjadi yang tercepat ke-9 di dunia, nomor 3 di Asia, dan nomor 1 di kawasan Asia Tenggara Sakti, 2018. Hasil kerja keras pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di apresiasi oleh dunia internasional, bahkan Indonesia bisa mendapatkan penghargaan sebagai lembaga pemerintah di bidang pariwisata terbaik Asia Cahyu, 2018. Kementerian Pariwisata secara resmi menerima penghargaan Kategori The Best Ministry Of Tourism atau Best National Tourism Organization NTO di ajang TTG Travel Awards 2018. Selain itu, pariwisata Indonesia telah mendapatkan 46 penghargaan di 22 negara pada tahun 2016, 27 penghargaan di 13 negara pada tahun 2017, dan 31 penghargaan di 9 negara sampai kwartal 3 pada tahun 2018 Janna, 2018. 13 Tabel Penerimaan Devisa Berdasarkan Jenis Komoditas Sumber Kementerian Pariwisata, 2017 Kementerian Pariwisata dalam Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata III 2018 menargetkan sebanyak 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019. Dalam rangka mendukung target tersebut, Presiden Joko Widodo telah menetapkan 10 destinasi pariwisata prioritas sebagai Bali baru untuk menggenjot investasi di sektor pariwisata. Destinasi prioritas yang dimaksud adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Borobudur di Joglosemar, Bromo-Tengger-Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Lombok, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dan Morotai di Maltara Yadika, 2018. Tujuh di antara destinasi prioritas tersebut adalah kawasan dengan potensi wisata bahari. Sejalan dengan potensi bahari yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara kepulauan dan pariwisata sebagai sektor prioritas pemerintah, maka wisata bahari Indonesia gencar untuk dikembangkan menjadi produk unggulan yang memiliki daya saing global. Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan dan prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional, dengan arah pengembangan yang terdiri 14 dari pengenalan destinasi selam dan selancar, cruise, serta mendukung kampanye pelestarian lingkungan bahari, dan peningkatan wisata budaya bahari. Sumber Dari Berbagai Sumber, 2018 Gambar Sepuluh Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata Data kunjungan di destinasi pariwisata bahari unggulan di Indonesia menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun belakangan ini. Berdasarkan data kunjungan wisatawan lihat tabel Wakatobi mengalami peningkatan kunjungan hingga 52% pada tahun 2016. Disusul kemudian Mandalika mengalami peningkatan sebesar 40 % dengan jumlah wisatawan pada tahun 2016 sebanyak orang. Labuan Bajo dengan daya tarik utama hewan endemik Komodo mengalami pertumbuhan sebesar 25% pada tahun 2016. Tingkat kunjungan wisatawan di Tanjung Kelayang, Bangka Belitung sejak tahun 2013 sampai 2016 memperlihatkan tren yang terus meningkat. Tren tersebut tidak terlihat di Kepulauan Seribu, di mana pada tahun 2015 mengalami penurunan jumlah kunjungan yang sangat tajam meskipun pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 3%. Menurut Wisnubro 2017, kenaikan turis wisata bahari amat tinggi dari 1,5 juta pada tahun 2015 lalu 2 juta pada tahun berikutnya menjadi 2,5 juta pada tahun 2017. 15 Diharapkan dengan perbaikan infrastruktur wisata, transportasi, dan layanan akomodasi jumlah pelancong destinasi pantai bakal menembus 2,4 juta orang. Dari target 9 juta orang wisatawan mancanegara pada tahun 2017, wisata bahari menyumbang 2,5 juta orang turis asing. Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan di Beberapa Destinasi Wisata Bahari Unggulan di Indonesia Sumber Dari Berbagai Sumber, 2017 Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan menjadi salah satu indikator kesuksesan pengembangan wisata bahari. Akan tetapi, kondisi tersebut dirasa masih belum optimal bila melihat dari besarnya potensi yang dimiliki. Indonesia memiliki ribuan pulau dengan sumber daya alam bahari yang indah, namun hanya mampu menyumbang devisa negara sebesar 10 persen dari total devisa sektor pariwisata atau setara dengan US$1 miliar. Jumlah tersebut kalah jauh dibandingkan negara tetangga, yaitu Malaysia yang menyumbangkan 40 persen devisa dengan nilai US$8 miliar Hustin, 2017. Kinerja pariwisata bahari Indonesia jauh lebih rendah ketimbang negara-negara tetangga dengan potensi yang lebih kecil, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pengembangan wisata bahari di Indonesia belum sebanding dengan potensi yang dimiliki. Ada beberapa permasalahan yang dapat diamati, antara lain adalah sebagai berikut. 16 1. Isu Destinasi Wisata Bahari Jumlah dan variasi daya tarik wisata bahari masih terbatas, belum dikemas dan dikelola secara professional, belum tersentuh teknologi, sehingga kurang mampu menghadapi persaingan dengan negara tetangga Utomo, 2015. Pengembangan produk dengan jenis-jenis wisata bahari baru yang inovatif dan atraktif perlu dilakukan agar dapat meningkatkan daya saing dan keberlanjutan. Perlu adanya perintisan destinasi wisata bahari baru dengan mempertimbangkan aspek aksesibilitas, amenitas, dan atraksi demi kenyamanan wisatawan Hustin, 2017. Aksesibilitas laut yang masih minim menjadi penghambat destinasi wisata bahari di Indonesia untuk berkembang. Ribuan pulau belum terhubung dengan baik dan maksimal, terutama di wilayah yang jauh dari pusat kota besar. Aksesibilitas menjadi kunci utama terbukanya kawasan terpencil yang tersebar di pinggiran Indonesia, dan potensi wisata bahari di daerah tersebut memiliki kekayaan yang luar biasa dikarenakan jauh dari pusat pembangunan. Modal alam ini memungkinkan berkembangnya sejumlah aktivitas wisata bahari, seperti wisata pantai, jelajah bakau, olahraga air, selam, kapal pesiar, dan lain sebagainya. Persoalannya, bagaimana modal alam yang tersebar di penjuru Tanah Air tersebut dapat dijadikan destinasi potensial? Hal ini mengingat masih ada ketimpangan dalam destinasi wisata bahari saat ini Satria, 2015. Bali masih menjadi fokus, padahal banyak wilayah lain yang potensial dikembangkan, seperti Raja Ampat, Karimunjawa, Wakatobi, Togean, Bunaken, Komodo, Lombok, dan daerah konservasi laut lainnya. Permasalahan berikutnya adalah minimnya sarana dan prasarana pendukung pariwisata, terutama destinasi berupa pulau-pulau kecil. Karakter pulau-pulau kecil memiliki beberapa keterbatasan sumber daya seperti energi, bahan material bangunan, 17 serta ketergantungan dengan akses laut dan udara, menyebabkan pembangunan fasilitas dan aksesibilitas memerlukan biaya tinggi serta kerja sama lintas sektor BPHN, 2017. Banyak pulau-pulau kecil yang berpotensi untuk dijadikan sebagai destinasi wisata tidak memiliki listrik, semisal di Pulau Kadatua, Kabupaten Buton Selatan. Pulau ini hanya mengandalkan generator listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik dan hanya diaktifkan saat petang hingga fajar, pada siang hari masyarakat setempat menggunakan aki atau baterai cadangan. Selain listrik, kebutuhan air tawar menjadi vital dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan dan ternyata tidak semua pulau kecil memiliki sumber air tawar, bahkan banyak yang cenderung payau. Sebagai contoh di Pulau Banyak yang mendapatkan suplai air tawar dari Kota Aceh Singkil dan diangkut menggunakan perahu setiap hari. Kedepannya, kondisi ini dapat mengakibatkan air tawar sebagai faktor biaya yang akan dibebankan kepada wisatawan. 2. Isu Promosi dan Pemasaran Wisata Bahari Upaya branding dengan tagline “Wonderful Indonesia” dan masuk iklan sejumlah stasiun televisi dunia merupakan awal yang sangat baik. Selama ini kita iri dengan iklan “The Truly Asia” milik Malaysia yang begitu intensif. Semestinya “Wonderful Indonesia” bukan hanya misi Kementerian Pariwisata, melainkan juga misi seluruh komponen bangsa. Terbayang apabila seluruh penerima beasiswa studi di luar negeri dikumpulkan dalam satu waktu sebelum mereka berangkat, lalu dibekali dengan sejumlah promotion kit tentang wisata bahari kita. Tentu gerakan promosi di tingkat global akan semakin masif. Mereka pun dapat menjadi agen public relations di luar negeri. Namun, upaya promosi pada level makro seperti itu harus diikuti upaya promosi mikro Satria, 2015. Di Bali, promosi objek-objek wisata di hotel-hotel sudah sangat mapan. Bandingkan dengan daerah lain yang para resepsionis hotelnya pun 18 tidak fasih menjelaskan destinasi wisata yang layak dikunjungi di daerah tersebut. Sebut saja Raja Ampat, resepsionis hotel —baik di Sorong maupun Waisai— tidak tahu cara mencapai Wayak atau Miisol. Tampaknya perlu ada tur gratis bagi para resepsionis hotel tersebut ke objek-objek utama sehingga mereka punya pengalaman dan mampu menceritakan destinasi tersebut kepada para tamu. Pusat informasi wisata juga harus diperkuat di wilayah strategis, seperti bandara, pelabuhan, stasiun, dan terminal. Gerakan promosi ini harus didesain secara komprehensif dengan memperhatikan segmen wisatawan. 3. Isu Industri Wisata Bahari Dilihat dari sisi industri, kebijakan politik-ekonomi seperti moneter, fiskal, keamanan melakukan usaha, dan konsistensi kebijakan pemerintah belum begitu kondusif bagi tumbuh-kembangnya pariwisata bahari Hustin, 2017. Regulasi yang tumpang tindih di berbagai tingkat kelembagaan menghambat investor yang ingin menanamkan uangnya di destinasi wisata bahari. Proses perizinan yang rumit menghambat masuknya kapal-kapal pesiar besar untuk melemparkan jangkarnya di pelabuhan di Indonesia. Selain itu, di antara pelaku usaha juga tidak memiliki aturan main dan standardisasi yang saling menguntungkan satu sama lain. Sebagai contoh wisatawan di Bali dapat membeli paket wisata diving ke komodo yang secara administratif berada dalam wilayah NTT. Secara teknis, NTT hanya akan menerima pemasukan daerah dari retribusi atau pembelanjaan wisatawan, akan tetapi pemasukan terbesar tetap diambil oleh Bali. Hal ini juga terjadi di Pulau Banyak, Aceh Singkil di mana wisatawan yang datang banyak menggunakan jasa tour and travel dari Medan dan pelaku usaha di Pulau Banyak hanya mendapatkan porsi kecil dari aktivitas wisatawan. 19 Destinasi wisata bahari umumnya dikelola pengusaha asing. Dominasi asing tersebut berdampak ke sering munculnya isu coastal grabbing yang akhirnya menyebabkan konflik dengan para nelayan dan masyarakat lokal. Nelayan sudah turun-temurun menangkap ikan di sebuah lokasi. Ketika lokasi tersebut diklaim sepihak oleh pengusaha sebagai lokasi penyelaman, para nelayan terpaksa tersingkir. Bahkan untuk menyandarkan perahunya, mereka tidak diperbolehkan karena pantai tersebut seolah menjadi milik pengusaha. Toleransi pengusaha asing terhadap nelayan masih minim. Inilah yang membuat nelayan seolah menjadi tamu di negerinya sendiri. Oleh karena itu, perlu ditegakkan regulasi terkait pengelolaan usaha wisata bahari oleh asing sehingga tidak merugikan masyarakat lokal Satria, 2015. 4. Isu Sumber Daya Manusia di Bidang Pariwisata Kualitas dan produktivitas Sumber Daya Manusia SDM bidang pariwisata yang tersedia masih sangat rendah, meski jumlahnya cukup banyak. SDM ini mencakup lembaga pemerintah, pengusaha, dan masyarakat di sekitar kawasan wisata. SDM merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam memajukan sektor pariwisata. SDM di sektor pariwisata merupakan sumber daya yang sangat penting di sebagian besar organisasi. Khususnya di organisasi berbasis jasa, SDM berperan sebagai faktor kunci dalam mewujudkan keberhasilan kinerja Evans dkk, 2003. Integrasi dan rendahnya koordinasi antarstakeholder menjadi salah satu penyebab stagnannya pengembangan destinasi wisata bahari di daerah. Sebagai gambaran di mana pemerintah daerah acapkali menerapkan kebijakan pembangunan pariwisata dengan metode top down dan berorientasi pada penyerapan anggaran tanpa menggali dan memahami apakah masyarakat setempat membutuhkan pariwisata atau tidak. Masyarakat “dipaksa” untuk secara lambat laun memiliki standar sebagai tuan rumah yang baik, mampu 20 berbahasa asing, dan memiliki kesadaran wisata. Rendahnya tingkat pendidikan dan penerimaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil turut menghambat pengembangan wisata bahari di daerah. Permasalahan-permasalahan di atas satu per satu diurai dan dicarikan solusi oleh pemerintah sebagai upaya komitmen pemerintah dalam mempercepat pembangunan pariwisata khususnya wisata bahari. Berbagai strategi percepatan pembangunan dilakukan untuk seluruh aspek pembangunan kepariwisataan sesuai dengan arahan RIPPARNAS, meliputi pembangunan destinasi, pembangunan pemasaran, pembangunan industri, dan pembangunan kelembagaan. Pertama, dari sisi destinasi, peningkatan kualitas infrastruktur dan ekosistem pariwisata di destinasi merupakan faktor penting dalam pengembangan wisata bahari. Semakin banyak destinasi wisata bahari yang memiliki infrastruktur akses, amenitas, sarana, dan prasarana yang berkualitas, diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung dari satu daerah ke daerah lain serta mampu meningkatkan daya saing. Untuk itu, fasilitasi terhadap daerah untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem menjadi salah satu indikator penting untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata. Di Negara kepulauan ini, laut menjadi pemisah antarpulau sehingga aksesibilitas perlu mendapatkan perhatian besar. Peningkatan infrastruktur transportasi laut berupa tol laut dikerjakan dengan melibatkan kementerian lintas sektor. Keberadaan tol tersebut mampu meningkatkan frekuensi angkutan kapal baik kapal barang maupun kapal penumpang dari dan ke sejumlah pelabuhan di Tanah Air khususnya di wilayah Timur Beritasatu, 2018. Selain itu, aksesibilitas udara juga ditingkatkan melalui pembukaan jalur penerbangan baru menuju destinasi. Kerja sama lintas sektor ini telah menunjukan hasil nyata salah satunya adalah meningkatnya performa kunjungan wisatawan di destinasi wisata bahari unggulan di Indonesia setiap tahun. 21 Sumber Diadaptasi dari Gambar Konektivitas Melalui Pengembangan Tol Laut Kedua, dari segi promosi dan pemasaran wisata bahari, pemerintah gencar melaksanakan event dan meluncurkan branding baru untuk mempromosikan wisata layar di Indonesia, yaitu “Wonderful Sail to Indonesia”. Branding Wonderful ini memiliki lima rally sail dunia yang telah ada di Indonesia, antara lain Wonderful Sail Anambas to Natuna, Wonderful West Kalimantan Rally, Back to Down Under Rally, Wonderful Sail to Indonesia, dan Wonderful Sail Indonesia Adiakurnia, 2018. Tidak tanggung-tanggung, dalam upaya menggaet peserta sail, pemerintah melakukan deregulasi perizinan masuknya kapal pesiar dan yacht. Salah satu di antaranya telah ditetapkan dan diundangkan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang kunjungan kapal wisata yacht asing ke Indonesia. Kemudahan yang diberikan dalam Peraturan Presiden ini 22 antara lain menghapus ketentuan mengenai CAIT Clearance Approval for Indonesia Territory. Pengurusan surat izin masuk kapal ke perairan Indonesia ini dapat diurus hanya dalam waktu tiga jam dengan mengunjungi situs dan mengisi form yang tersedia Priherdityo, 2016. Sebagai tindak lanjut dari Perpres tersebut telah diundangkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 171 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelayanan Kapal Wisata Yacht Asing di Perairan Indonesia. Kemudahan layanan kepada kapal wisata asing diberikan kepada yacht yang masuk dan keluar melalui 18 Pelabuhan Setkab, 2015. Selain sail, promosi dilakukan juga dengan melaksanakan beberapa kompetisi sport tourism selancar seperti Bali Pro, event Bali Pro ditargetkan disaksikan hingga 5 juta orang, apalagi World Surf League WSL menyiarkan kompetisi tersebut streaming secara langsung. Dibandingkan dengan kejuaraan surfing Krui Pro yang diselenggarakan sebelumnya dan ditayangkan secara langsung oleh WSL, sekitar 750 ribu orang menyaksikan kompetisi tersebut Sakti, 2018. Sport tourism efektif karena nilai media value atau media branding-nya tinggi. Media value yang didapat, minimal bisa dua kali lipat dari direct impact turis yang datang karena dipromosikan oleh media nasional dan internasional sebelum, sesaat, dan sesudah acara. Upaya lainnya dilakukan dengan melakukan pameran dan mengunjungi sales mission yang diselenggarakan di negara-negara sebagai target pangsa pasar wisata bahari. Ketiga, dari sisi industri wisata bahari, pemerintah mendorong upaya mempercepat pembangunan melalui peran investor. Dalam hal ini pemerintah telah berkomitmen untuk mempermudah investasi, upaya yang telah dilakukan di antaranya melalui berbagai terobosan paket kebijakan investasi, yaitu 1 Kemudahan perizinan melalui peluncuran PTSP pusat; 2 Layanan izin investasi tiga jam; 3 Kemudahan investasi langsung konstruksi KLIK; serta 4 Adanya revisi Daftar Negatif Investasi yang telah ditetapkan dalam 23 Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016. Penguatan struktur industri pariwisata perlu dilakukan agar terjadi peningkatkan sinergitas dan keadilan distributif antarmata rantai pembentuk industri pariwisata sehingga membuat nilai tambah dari produk antarpelaku industri pariwisata. Salah satu contoh pada sinergitas antara penyedia jasa transportasi dengan agen perjalanan wisata yang saling menguntungkan. Pengembangan kemitraan usaha pariwisata diwujudkan dalam bentuk kolaborasi pentahelix, yaitu adanya kerja sama akademisi, pengusaha, pemerintah, asosiasi-asosiasi atau komunitas, dan media yang saling bekerja sama. Kemitraan tersebut dapat ditingkatkan dengan cara membentuk suatu forum, wadah, ataupun paguyuban yang memayungi kegiatan usaha pariwisata. Dengan adanya wadah berupa organisasi ini para pelaku usaha dapat saling berbagi informasi terbaru maupun bersama-sama menghadapi isu-isu dan tantangan strategis di dunia kepariwisataan. Sertifikasi Usaha Pariwisata Bahari perlu dilakukan sebagai jaminan kualitas suatu destinasi wisata bahari, sertfikasi dapat berupa TDUP wisata bahari serta keahlian operator dalam melayani aktivitas wisata bahari seperti sertifikasi guide selam Kemenpar, 2016. Keempat, dari sisi SDM pariwisata yang masih rendah, Kementerian Pariwisata mengucurkan Rp 130 miliar untuk program pengembangan SDM yang termasuk di dalamnya pelatihan di bidang pariwisata dan sertifikasi profesi Supriadi, 2016. Pelatihan dasar pariwisata antara lain berupa pemberian pemahaman dan pelatihan penerapan Sapta Pesona keamanan, ketertiban, kebersihan, kenyamanan, keindahan, keramahtamahan, dan kenangan bagi SDM pariwisata sebagai kunci utama dalam menciptakan pelayanan prima bagi wisatawan dalam rangka peningkatan daya saing. Dalam mendorong peningkatan kualitas SDM di bidang pariwisata, diperlukan kerja sama antara sekolah/perguruan tinggi pariwisata dan pelatihan SDM pariwisata, pemerintah dan komunitas di daerah 24 pariwisata. Kementerian Pariwisata menargetkan jumlah tenaga profesional di sektor pariwisata yang harus disertifikasi tahun 2018 mencapai orang. Kemenpar juga melakukan program kegiatan memfasilitasi pendirian Lembaga Sertifikasi Profesi LSP bidang pariwisata di 34 provinsi serta pelatihan dasar pariwisata untuk orang di seluruh Indonesia Biro Hukum dan Komunikasi Publik, 2016. Pembangunan wisata bahari di Indonesia saat ini menunjukkan tren yang positif di berbagai komponen kepariwisataan. Strategi pengembangan wisata bahari tersebut di atas memerlukan dukungan dan integrasi segenap stakeholder pariwisata, khususnya terkait konsistensi program pemerintah dalam memajukan pariwisata Indonesia sebagai core economy bangsa. Meskipun demikian, pembangunan wisata bahari memerlukan beberapa pemahaman terkait ekosistem pesisir dan laut yang menjadi daya tarik utama wisatawan. Ekosistem ini sangat rapuh terhadap tekanan dan terancam oleh aktivitas manusia. Selain itu laut bersifat open acces, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di pesisir dan lautan. Dari jumlah tersebut, sebanyak plastik mengapung di setiap kilometer persegi setiap tahunnya Ambari, 2018. Wisata bahari dengan konsep mass tourism berpotensi untuk menimbulkan permasalahan, terutama terkait perilaku wisatawan. Tidak semua wisatawan memiliki perilaku yang bertanggung jawab selama beraktivitas sehingga dapat diartikan sejuta wisatawan akan linier dengan sejuta potensi kerusakan di suatu destinasi. Menyikapi hal tersebut, destinasi wisata bahari berbasis alam dapat menerapkan pengembangan berbasis product driven, terutama di area taman nasional di mana ekosistem di dalamnya dilindungi oleh undang-undang. Pengembangan yang sesuai diarahkan kepada wisata minat khusus di mana wisatawan rela membayar lebih mahal di suatu destinasi sehingga kualitas meningkat. Konsep tersebut akan 25 menyeleksi tipe wisatawan yang datang. Meskipun harga yang ditawarkan cukup mahal, destinasi tidak akan kehilangan pangsa pasar. Ketika kualitas dikedepankan maka keberlanjutan suatu destinasi wisata bahari akan dapat tercapai. Dalam konteks pembangunan pariwisata bahari harus bisa mewujudkan pembangunan yang berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan. Untuk menjamin keberlanjutan, semua pembangunan wisata bahari harus dikerjakan secara ramah lingkungan dan menganut prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai pertimbangan utama. Perlu adanya pencapaian kondisi ekonomi yang optimal, kondisi sosial yang lestari, dan lingkungan yang berkelanjutan di destinasi wisata bahari. 26 BAB II WISATA BAHARI SECARA KONSEPTUAL Secara sederhana, untuk mendefinisikan wisata bahari, pertama yang perlu dipahami adalah dengan menjabarkan dan memaknai definisi “wisata” dan definisi “bahari”. Setiap kata memiliki wilayah pemahaman dan pengertian tersendiri. Berbagai sudut pandang akan memperkuat sebuah konsensus terkait definisi wisata bahari yang sesuai. Berikut adalah jabaran masing-masing definisi. Perspektif Pariwisata Terdapat beberapa definsi lainnya mengenai pariwisata, ketika dilihat dari sudut pandang industri dan aktivitas ekonomi, Hay 1989, mendefinisikan pariwisata sebagai sebuah proses yang berkaitan dengan redistribusi sumber daya ekonomi, dari komunitas rumah ke komunitas tuan rumah yang melibatkan perjalanan untuk tujuan rekreasi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ryan 1991 yang menegaskan pariwisata sebagai studi mengenai permintaan dan penawaran akomodasi dan layanan pendukung bagi mereka yang pergi jauh dari rumah, dan pola yang dihasilkan dari pengeluaran, penciptaan pendapatan, dan pekerjaan. Menurut Goeldner dan Brent 2007, pariwisata sebagai proses, kegiatan, dan hasil yang timbul dari hubungan dan interaksi antara wisatawan, pemasok pariwisata, pemerintah tuan rumah, masyarakat tuan rumah, dan lingkungan sekitar yang terlibat dalam menarik dan menampung pengunjung. Lembaga pariwisata memberikan definisi yang lebih teknis dengan memberikan batas minimal dan maksimal lama tinggal dan membatasi tujuan kunjungan dengan tujuan untuk mengisolasi 32 4 Zona abysal adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas. Definisi Wisata Bahari Beberapa definisi pesisir menyebutkan daerah peralihan, pertemuan, dan adanya hubungan saling mempengaruhi antara daratan dan laut. Dengan demikian, wisata bahari tidak hanya aktivitas air on the water dan in the water yang dilakukan oleh wisatawan, akan tetapi definisi tersebut juga berlaku bagi aktivitas di bentang darat, selama masih dipengaruhi oleh lingkungan laut intrusi air laut, pasang surut, dan angin laut. Berikut adalah beberapa definisi wisata bahari dari beberapa ahli. 1 Orams 1999 mendefinisikan wisata bahari meliputi kegiatan-kegiatan rekreasi yang melibatkan perjalanan jauh dari tempat seseorang tinggal dan yang memiliki tuan rumah atau fokus pada lingkungan laut, di mana lingkungan laut didefinisikan sebagai perairan yang memiliki salinitas kadar garam dan terpengaruh pasang surut. 2 Sero dalam Djou, 2013 mendefinisikan wisata bahari sebagai bentuk wisata yang menggunakan atau memanfaatkan potensi lingkungan pantai dan laut sebagai daya tarik utama. Konsep wisata bahari didasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni dan budaya serta karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimilikinya. 3 Sarwono dalam Purwahita, 2017, wisata bahari adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan di atas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut. 33 Penegasan definisi wisata bahari terletak pada beberapa hal yang menjadi perhatian. 1 Wisata bahari melibatkan unsur perjalanan di dalamnya, di mana seseorang atau sekelompok orang bepergian dari rumah menuju suatu lingkungan pesisir dan laut. Dengan demikian, penduduk yang tinggal di wilayah pesisir dan laut belum tentu berwisata bahari dikarenakan mereka melakukan kegiatan sehari-hari di wilayah pesisir laut. 2 Banyak orang yang melakukan aktivitas di ekosistem pesisir dan laut semisal nelayan, pekerja kilang minyak, dan pengeboran bawah laut. Mereka tidak sedang berwisata bahari meskipun berada di lautan, hal ini dikarenakan kegiatan tersebut bukanlah kegiatan rekreasi melainkan bekerja. Motivasi mereka beraktivitas tentunya bukan untuk berwisata meskipun secara parallel ada sedikit unsur “wisata” yang mereka rasakan sembari bekerja, semisal ABK kapal pesiar dan guide selam. Secara teknis mereka bekerja dalam sebuah industri wisata bahari sebagai penyedia jasa untuk melayani wisatawan. 3 Aktivitas wisata bahari dapat dilakukan di bentang laut yang didominasi oleh perairan baik di permukaan air maupun di dalam air. Aktivitas seperti berselancar, memancing, menyelam, dan sebagainya dapat pula dilakukan di sungai dan danau. Aktivitas yang serupa tersebut bila dilakukan bukan di lingkungan pesisir dan laut maka tidak dapat dikategorikan ke dalam wisata bahari. Terdapat istilah yang lebih sesuai untuk aktivitas wisata di perairan daratan, yaitu wisata tirta. Penjelasan di atas menjelaskan secara eksplisit terkait lokasi/destinasi yang menjadi tujuan wisatawan, yaitu ekosistem pesisir dan laut. Lokasi ini memiliki daya tarik berupa keanekaragamanan biota laut, lanskap fisik yang unik, sosial, dan budaya masyarakat pesisir, dan lingkungan yang berbeda dari daratan. 34 Berdasarkan beberapa definsi yang telah ada dan beberapa hal yang menjadi perhatian maka dapat disimpulkan bahwa wisata bahari adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang menuju lingkungan pesisir dan laut, melakukan aktivitas di bentang laut dan atau bentang darat dengan tujuan untuk rekreasi, bersenang-senang, mengembangkan diri, dan berinteraksi dengan budaya lokal dalam jangka waktu sementara. Definisi tersebut menegaskan bahwa segala aktivitas di bentang laut dan bentang darat selama melibatkan unsur perjalanan, sementara waktu, dan beraktivitas wisata di lingkungan/ekosistem pesisir laut maka termasuk dalam wisata bahari. 35 BAB III PERAN TEKNOLOGI DALAM WISATA BAHARI Sejarah menunjukkan bahwa perkembangan peradaban Indonesia dimulai di wilayah pesisir dan laut. Sejak awal abad masehi bangsa Indonesia sudah terlibat secara aktif dalam pelayaran dan perdagangan internasional antara dunia Barat Eropa dengan dunia Timur Cina yang melewati selat Malaka. Bahkan pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit, Selat Malaka sebagai pintu gerbang pelayaran dan perdagangan dunia dapat dikuasai oleh bangsa Indonesia. Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit adalah dua kerajaan besar yang menjadikan pesisir dan laut sebagai pusat kekuasaannya. Kedua kerajaan tersebut sama-sama menggunakan laut sebagai jalur perdagangan dan pertahanan dengan memiliki angkatan laut yang besar dan kuat Suroyo dan Susilowati, 2007. Indonesia sebagai negara bahari telah menunjukkan bagaimana sejak zaman nenek moyang dahulu, lautan telah menjadi aset yang berharga yang mengantarkan bangsa Indonesia hingga saat ini. Pertanyaan mendasar dari kondisi tersebut adalah apakah pariwisata menjadi salah satu bagian dari pemanfaatan aset laut? Apakah definisi wisata bahari terpenuhi dalam kegiatan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia? Apakah saudagar Arab, Mahapatih Gadjah Mada, dan misionaris Eropa melakukan pelayaran lintas benua dan lautan untuk kegiatan rekreasi/wisata? Kapal laut yang berkembang saat itu hanya berfungsi sebagai alat transportasi, pengangkut, perdagangan, menangkap ikan, dan perang dengan fasilitas yang diperuntukkan bukan untuk kenyamanan atau berwisata. 55 BAB IV WISATA BAHARI BERBASIS ALAM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam potensi alam bahari yang berasal dari ekosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil. Wilayah pesisir dan laut memiliki ekosistem yang terdiri dari ekosistem laut dalam dan ekosistem laut dangkal ekosistem mangrove, ekosistem lamun, ekosistem terumbu karang. Setiap ekosistem memiliki fungsi yang sangat penting bagi keberlangsungan makhluk hidup di dalamnya. Pemanfaatan ekosistem pesisir dan laut oleh manusia antara lain untuk pelayaran, perikanan, energi dan pertambangan, serta pariwisata. Kekayaan ekosistem laut beserta isinya merupakan berkah bagi masyarakat Indonesia. Sumber Gambar Pembagian Ekosistem Laut 68 BAB V WISATA BAHARI BERBASIS BUDAYA Indonesia merupakan negara kepulauan archipelagic state yang terbesar di dunia. Secara historis, bangsa Indonesia adalah bangsa bahari yang ditunjukkan dengan berbagai peradaban kerajaan Nusantara dalam berinteraksi dengan komunitas dunia. Bangsa Indonesia berasal dari berbagai etnik. Keragaman budaya telah mempengaruhi bangsa ini dalam memahami pentingnya budaya bahari Martin dan Meliono, 2011. Wilayah Indonesia yang mayoritasnya terdiri dari wilayah perairan ±70% menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya dari laut serta membentuk suatu kebudayaan maritim Suryanegara dan Nahib, 2015. Budaya bahari dapat dipahami sebagai sistem gagasan, perilaku dan tindakan, dan sarana dan prasarana fisik yang digunakan oleh masyarakat bahari untuk mengelola sumber daya alam dan merekayasa jasa-jasa lingkungan laut bagi kehidupan mereka. Dengan demikian, budaya bahari mengandung unsur-unsur berupa sistem pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma, aturan, simbol komunikatif, kelembagaan, teknologi, dan seni yang berkaitan dengan laut Yunandar, 2006. Budaya bahari telah menjadi sarana dalam menjaga harmonisasi antara manusia dengan alamnya, dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungan laut. Budaya tersebut memiliki unsur penghormatan terhadap laut beserta isinya yang menyebabkan masyarakat lokal takut untuk merusak lingkungan laut. Budaya bahari yang telah dijalani secara turun-temurun dalam “bersahabat” dengan lingkungannya telah mengantarkan masyarakat pesisir tetap bertahan hidup dan berkembang hingga saat ini. 80 BAB VI WISATA BAHARI BERBASIS AKTIVITAS Setiap pantai dan pulau-pulau kecil di Indonesia memiliki karakteristik fisik dan ekologis yang berbeda-beda. Meskipun terletak dalam satu garis pantai, belum tentu pantai-pantai tersebut memiliki karakteristik yang serupa. Sebagai contoh di sepanjang pesisir selatan Yogyakarta. Pantai-pantai di Kabupaten Gunungkidul didominasi oleh pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan perbukitan karst. Sedangkan pantai-pantai di Kabupaten Bantul, sebagian besar bertopografi cenderung landai, memiliki pasir yang berwarna hitam dikarenakan berada di antara sungai-sungai besar yang membawa material pasir dari Gunung Merapi dan vegetasi mangrove di sekitar muara sungai. Kondisi yang berbeda dapat dilihat dari perairan laut yang terletak di Indonesia bagian tengah dan timur yang merupakan jalur Arlindo Arus Lintas Indonesia. Perairan ini memiliki arus yang berasal dari Pasifik dan kaya akan larva dan nutrien sehingga daerah-daerah yang dilalui arus tersebut mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan tentunya kondisi habitat yang baik Giyanto dkk, 2017. Berdasarkan hal tersebut maka dapat tergambar bagaimana kondisi kekayaan ikan dan biota laut lain yang terkandung di dalamnya. Secara geografis, wilayah Indonesia berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Fenomena ini menyebabkan masing-masing pantai dan kawasan perairan di Nusantara yang berbatasan langsung dengan kedua samudera memiliki karakteristik ombak yang cenderung besar dan tinggi. Karakteristik-karakteristik yang telah digambarkan di atas akan menentukan jenis atraksi wisata bahari yang dapat 89 BAB VII WISATA BAHARI BERBASIS EVENT Event adalah sebuah motivator yang berperan penting dalam industri pariwisata yang menonjol dalam rencana pengembangan dan pemasaran sebuah destinasi. Peran dan dampak penyelenggaraan event telah banyak didokumentasikan dengan baik dan semakin penting untuk peningkatan daya saing destinasi Getz, 2008. Pariwisata event layaknya sebuah produk maka dapat dilihat dari sisi wisatawan permintaan dan destinasi penawaran. Menurut Getz 2008, perspektif wisatawan membutuhkan penentuan siapa yang bepergian untuk event dan mengapa, serta apa yang wisatawan lakukan dan belanjakan. Di sisi penawaran, destinasi mengembangkan, memfasilitasi, dan mempromosikan berbagai jenis event untuk memenuhi berbagai tujuan untuk menarik wisatawan, berfungsi sebagai katalisator pembangunan destinasi, untuk menumbuhkan citra positif destinasi dan berkontribusi pada pemasaran, serta untuk menghidupkan objek wisata atau daerah tertentu. Suatu destinasi akan mempertimbangkan manfaat yang akan diterima ketika akan menyelenggarakan sebuah event dan biasanya ekonomi menjadi alasan utama. Event dapat memberikan dampak terhadap destinasi dan komunitas lokal berupa dampak ekonomi, peningkatan citra suatu daerah dan sebagai alat pemasaran untuk memperluas siklus destinasi Boo dan Busser, 2006. Selama event berlangsung terjadi peningkatan ekonomi masyarakat secara langsung seiring kunjungan wisatawan pada industri makanan, akomodasi, penyewaan transportasi, dan jasa lainnya. Selain itu, nilai pemberitaan yang tinggi dapat menjadi alat promosi yang efektif. Terkadang jumlah kunjungan pasca-event berlangsung melebihi 112 BIODATA PENULIS Jussac Maulana Masjhoer lahir tanggal 15 November 1981 di Yogyakarta. Pendidikan dasar hingga menengah atas ditempuh di Jakarta. Pendidikan strata-1 ditempuh di Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Pendidikan strata-2 ditempuh di Magister Pengelolaan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sosok yang hobi menyelam, kuliner, budidaya pohon tin, dan mengotak-atik sistem operasi linux dan android ini berkenalan dengan dunia pariwisata sejak bergabung dengan salah satu konsultan pariwisata terkemuka di Yogyakarta pada tahun 2006. Sejak saat itu penulis menggeluti dan memperdalam bidang pariwisata baik secara teoretis maupun aplikatif melalui berbagai penelitian dan event. Saat ini penulis tinggal di Yogyakarta dan aktif sebagai dosen di Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta untuk mata kuliah Wisata Bahari sejak tahun 2015. Buku Pengantar Wisata Bahari ini merupakan buku pertama yang penulis hasilkan. Untuk memberikan kritik dan saran ataupun berdiskusi mengenai pariwisata, terkhusus wisata bahari, dapat menghubungi penulis melalui ponsel 08562951155 atau surel ... Pariwisata bahari adalah salah satu dari berbagai jenis pariwisata, yang telah dikenal luas pada dewasa ini dengan perjalanan yang dilakukan atas dasar tujuan olah raga di air, danau, pantai, teluk atau pantai seperti memancing,menyelam, sambil melakukan pemotretan, kompetisi selancar, mendayung keliling melihat taman laut dengan pemandangan indah di permukaan air serta berbagai rekreasi perairan sebagaimana dijelaskan oleh Pendit, 1999 Sastrawan, Gede Anom Sunarta, 2014 Desa wisata bahari pada umumnya menawarkan kegiatan wisata yang menekankan pada unsur-unsur pengalaman dan bentuk wisata aktif yang melibatkan wisatawan berhubungan langsung dengan masyarakat setempat. Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan dan prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional, dengan arah pengembangan yang terdiri dari pengenalan destinasi selam dan selancar, cruise, serta mendukung kampanye pelestarian lingkungan bahari serta peningkatan wisata budaya bahari yang menonjolkan ciri kelokalan budaya setempat Masjhoer, 2021 Dengan kepopuleran Pulau Abang sebagai suatu destinasi wisata berbasis bahari saat ini diperlukan adanya strategi manajemen risiko pada sektor pariwisata. Strategi manajemen risiko tidak dapat digunakan untuk menghadapi krisis yang sudah terjadi saat ini saja namun harus dipersiapkan untuk menghadapi situasi yang akan terjadi di masa depan terutama bila dihubungkan dengan perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkonsentrasi dapat menimbulkan berbagaidampak. ...Hendra SyaifulEva AmaliaI Nyoman BudiarthaPulau Abang which is located on Batam Island, Riau Archipelago Province, is now popular as a marine-based tourist destination. The development of tourism which is very rapid and concentrated will possibly having various impacts namely . economic, socio-cultural and environmental impacts This study aims to elaborate and analyze the positive and negative impacts of these aspects. . Impact analysis will provide an overview of how a destination affects towards the society. This research uses a qualitative descriptive method which will become an identification step for further collaborative development strategies that can optimize the improvement of people's welfare and impacted to the tourism sector.... Salah satu permasalahan pengembangan wisata bahari adalah dominasi pihak lain atau pengusaha asing dalam pengelolaannya, sehingga membuat masyarakat setempat tidak bisa aktif membangun pariwisata di wilayahnya Masjhoer, 2019. Pengembangan wisata bahari diperlukan sinergi antara berbagai pihak, baik masyarakat lokal maupun pemerintah sehingga terwujud kawasan wisata yang berdaya saing dan berkelanjutan. ...Hilmalia Ardha DillaDinda Lutfiani FauziEla Wahyu Diyanti Ayundha EvanthiJika ditinjau lebih mendalam, tiap wilayah yang ada di Indonesia memiliki keunikan yang dapat diunggulkan menjadi potensi pariwisata. Sejalan dengan pengembangan sektor pariwisata berbasis masyarakat lokal, Pemerintah Kota Surabaya gencar membangun destinasi wisata sesuai dengan karakteristik tiap wilayah, termasuk di Kelurahan Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya. Kawasan Sukolilo Baru ini memiliki bermacam-macam potensi yang lekat dengan laut sehingga dapat dirangkai menjadi suatu wisata bahari terpadu. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendukung pengembangan pariwisata di Kelurahan Sukolilo Baru, sehingga masyarakat dapat mengenali potensi-potensi wilayahnya. Kegiatan KKN ini juga memiliki target memberdayakan masyarakat untuk membentuk suatu rancangan atau grand design pariwisata yang cocok dengan karakteristik wilayah Sukolilo Baru. Kegiatan ini terbagi menjadi beberapa tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pendampingan. Hasil dari kegiatan ini adalah masyarakat setempat, khususnya pemuda-pemuda di Kawasan Sukolilo Baru dapat mengidentifikasi potensi-potensi wisata dan membentuk suatu rancangan grand design untuk membentuk wisata bahari terpadu Sukolilo NuriadiAnder SriwiI Gusti Ngurah Oka WidjayaLalu MahsarDevelopment of marine tourism potential in Meang Hamlet, Buwun Mas Village, Sekotong District, West Lombok Regency. However, in developing the potential as a tourist attraction, there are always inhibiting factors ranging from accessibility and supporting facilities. This study aims to analyze the potential of marine tourism in Meang Hamlet. So that it can then be used as a reference material for the local community and local government as well as the central level to develop marine tourism in Meang Hamlet. The research method used is the SECI model using the 4A development theory initiated by Sugiama including Attraction, Amenities, Ancilliary, and Accessibility. The methods used in collecting data are interviews, direct observation and documentation. The results of this study indicate that the development of marine tourism in Meang Hamlet, Buwun Mas Village, located in Sekotong District, is still not optimal when viewed from accessibility and amenity. Even though each region has a lot of potential that needs to be developed to become a tourist destination that attracts tourists to visit. This potential can be different and has its own unique value, this uniqueness then becomes a differentiator for other destinations, so Meang Hamlet has a myriad of potentials that can be processed into unique tourist destinations and can attract tourists to visit the area. The potential starts from an underwater park decorated with natural coral reefs and rare fish, white pepper sand, and long waves and is suitable as a location for diving, snorkeling, and has not been able to resolve any references for this publication.
WAWASANKEMARITIMAN. June 03, 2014. · Maritim merujuk kepada kata maritime yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti navigasi atau maritim. · Pemahaman maritim yaitu segala aktifitas pelayaran dan perniagaan yang berhubungan dengan kelautan atau biasa disebut dengan pelayaran niaga. · Berdasarkan terminologi maritim berarti ruang/wilayah

Jakarta - Sebagai negara kepulauan, Indonesia diberkahi dengan potensi wisata bahari yang luar biasa. Berikut di dalam kawasan segitiga terumbu karang dunia, pesona wisata bahari Indonesia dapat dilihat dari Sabang sampai Merauke. Namun, mungkin ada traveler yang belum paham benar dengan pengertian dari wisata detikTravel dari berbagai sumber, Rabu 27/1/2021, wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang bersifat rekreasi yang aktivitasnya dilakukan pada media kelautan atau bahari dan meliputi daerah pantai, pulau-pulau sekitarnya serta kawasan lautan. Faktanya, Indonesia memiliki luas total garis pantai mencapai kilometer dan luas laut yang mencapai 3,1 juta kilometer walau Indonesia memiliki laut yang begitu luas, tidak semuanya memiliki potensi wisata bahari. Ombak yang kencang, air dengan visibilitas terbatas hingga tiadanya terumbu karang menjadi sejumlah faktor penghalang wisata diakui, wisata bahari itu juga bermacam-macam bentuknya. Ada snorkeling yang cukup populer, diving, hingga kegiatan watersport atau olah raga air seperti di Anyer, Bali hingga bagi pecinta kegiatan diving, daerah di Indonesia Timur menjadi primadona. Sebut saja Bali, Lombok, Maluku, Manado dan tentunya Raja Ampat di Papua Barat yang jadi kegemaran diver dari dalam dan luar bagi kamu yang suka wisata pantai, Indonesia menawarkan jauh lebih banyak. Mulai dari pantai di Selatan Jawa hingga Timur Indonesia, memberikan banyak pilihan yang sama-sama di tengah kondisi pandemi sekarang, ada baiknya kita sedikit bersabar untuk berwisata. Apabila tetap ingin wisata bahari, pastikan kita menerapkan prosedur kesehatan demi keselamatan bersama. Simak Video "Mengintip Keindahan Pemandangan Bawah Laut Pulau Bira Kecil, Jakarta" [GambasVideo 20detik] rdy/ddn

.
  • 4mlq8l2en1.pages.dev/305
  • 4mlq8l2en1.pages.dev/331
  • 4mlq8l2en1.pages.dev/299
  • 4mlq8l2en1.pages.dev/382
  • 4mlq8l2en1.pages.dev/304
  • 4mlq8l2en1.pages.dev/256
  • 4mlq8l2en1.pages.dev/356
  • 4mlq8l2en1.pages.dev/306
  • 4mlq8l2en1.pages.dev/44
  • berikut ini yang bukan manfaat pembangunan sektor pariwisata bahari adalah